"PENDIDIKAN ORANG DEWASA"
A. Pengertian Andragogi
Andragogi
merupakan istilah baru yang popular saat ini adalah teori belajar yang cocok
dan tepat untuk orang dewasa. Istilah andragogi pertama kali dikenal melalui
karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa.
Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A Neglected Species.
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani, aner atau
andr, yang berarti orang dewasa agogos, yang berarti
mengarahkan/memimpin. Andragogi dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk
membantu orang dewasa belajar. Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi yang
lebih penting adalah kegiatan belajar dari si belajar, bukan kegiatan mengajar
dari guru.
Menurut Lindeman (1972) “Pembelajaran
dewasa (andragogi) merupakan teknik baru dalam kaidah pembelajaran. Ia
merupakan proses di mana pelajar dewasa sadar bagaimana menilai pengalaman yang
diperoleh. Fakta dan informasi serta berbagai pengetahuan yang digunakan adalah
dengan tujuan menyelesaikan masalah. Dalam proses ini guru akan menggunakan
fungsi-fungsi baru.”
Menurut Gesner (1956)
“Pembelajaran dewasa ialah satu konsep di mana aktivitas yang sengaja diadakan
bagi pembangunan orang dewasa. Pembangunan di sini bermaksud peningkatan
kesedaran, penambahan pengalaman dan pengetahuan.”
Menurut RWK
Paterson (1979) “Pembelajaran dewasa adalah keseluruhan proses pendidikan
terancang di mana kandungan, tahap dan cara tidak kira format ataupun tidak
serta sama adanya memanjangkan ataupun menggantikan pendidikan asas di sekolah,
collage dan universitas di mana seseorang dianggap sebagai dewasa oleh
masyarakat membangunkan kemahiran, memperkayakan pengetahuan serta meningkatkan
kelayakan teknikal dan profesional dan seterusnya membawa kepada perubahan
dalam sikap serta dalam pembangunan diri serta penglibatan dalam pembangunan
sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Prinsip
Andragogi Malcolm Knowles (1980) adalah
1.
Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan
membuat taksiran semua kerja mereka. Pelajar mesti diberikan tujuan sejauh mana
pencapaian tujuannya.
2.
Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi
tanggungjawab pelajar menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
3.
Pelajar lebih berminat mempelajari perkara-perkara
yang berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
4.
Pembelajaran adalah tertumpu pada masalah
(problem-centered). Masalah memberi tenaga, arah dan menggalakkan daya belajar
dan ia perlu dimotivasikan.
B. Andragogi dan Paedogogik
Istilah
yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid,
yang artinya anak, dan agogos, yang
berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena
pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan
pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat
ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring
dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada
anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu
pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya dengan orang dewasa, mereka
sudah punya self directing, dan
tingkat ketergantungan kepada orang lain berkurang. Orang dewasa lebih
cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya
mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pendidikan
orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan
anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan,
sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan
mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan
yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan
antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan
dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia
untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan
kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Terdapat
4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
(1) konsep
diri,
(2) konsep
pengalaman,
(3) konsep
kesiapan belajar, dan
(4) konsep
perspektif waktu atau orientasi belajar.
Pertama, jika
dilihat dari sisi siswa atau pelajar;
Dalam
pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa
ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya. Guru yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam
andragogi, siswa kerap mandiri , siswalah yang mengarahkan dirinya untuk
belajar apa dan bagaimana. Jadi, siswa yang bertanggung jawab atas belajarnya
sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi,
siswa perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment).
Kedua, dlihat
dari sisi peran pengalaman siswa atau pelajar;
Dalam
pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas
belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai
peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pelajar mengalami sesuatu secara
leluasa. Pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan dirinya
akan sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.
Ketiga, dilihat
dari sisi orientasi terhadap belajar;
Dalam
pedagogi, pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Materi belajar telah diurutkan secara sistematis
dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar. Sedangkan dalam andragogi
sebaliknya. Pelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu
pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang dapat
membuat dirinya sendiri puas. Pelajaran harus relevan dengan kebutuhan tugas
nyata pemelajar itu sendiri. Mata belajar didasarkan atas situasi pekerjaan
atau kebutuhan real pelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah
ditentukan.
Keempat, dilihat
dari sisi motivasi belajar;
Dalam
pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau diwajibkan
atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. Dalam andragogi,
motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari
aktualisasi diri, penghargaan diri.
C. Pendidikan Orang Dewasa
Sejak tahun 1920 pendidikan orang
dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secara sistematis. Pendidikan
dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk
bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang
dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan
mancari jawabannya.
Pendidikan orang dewasa (andragogy) berbeda dengan pendidikan
anak-anak (paedogogy). Pendidikan
anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan
pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk
memecahkan masalah.
Ada perbedaan antara anak-anak dan
orang dewasa jika ditinjau berdasarkan umur, ciri psikologis, dan ciri biologis.
Ditinjau dari segi umur, seseorang yang berumur antara 16-18 tahun dapat
dikatakan sebagai orang dewasa dan yang kurang dari 16 tahun dapat dikatakan
masih anak-anak. Ditinjau dari ciri-ciri psikologis, seseorang yang dapat
mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung pada orang lain, mau
bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, dan mampu mengambil
keputusan, orang tersebut dikatakan telah dikatakan dewasa secara psikologis.
Sedangkan ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang yang menunjukan
tanda-tanda kelamin sekunder pada laki-laki, antara lain tumbuhnya jakun pada
leher, berubahnya suara menjadi besar dan berat, dan tumbuhnya bulu-bulupada
tubuh seperti kumis, jenggot, cambang, bulu dada. Pada perempuan antara lain terjadinya menstruasi dan tumbuhnya
payudara.
Pendidikan orang dewasa mempunyai
beberapa definisi, tergantung pada penekanan yang dibuat oleh penyusun definisi
itu. Sebagai contoh, UNESCO (Townsend Coles,1977 dalam lanudi, 1982)
mendefinisikan pendidikan orang ewasa sebagai berikut.
Keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang
melanjutkan maupun menggantikan
pendidikan semula disekolah, akademi dan universitas serta latihan
kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan
kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau
profesionalnya, dan mengakibatkan
perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan
pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan
budaya yang seimbang dan bebas.
Menurut Bryson, pendidikan orang
dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya
(bukan seluruh waktu dan tenaga) untuk memperoleh peningkatan intelektualnya. Sedangkan
Reeves, Fansler, dan Houle menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah
suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu
tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.
Karakteristik Pendidikan orang dewasa sebagai
berikut:
1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.
1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.
Tujuan
POD secara umum terdapat beberapa tujuan :
1.
Pengembang kecerdasan / intelektual warga belajar,
2.
Aktualisasi dari indvidu peserta belajar
3.
Pengembangan personal dan sosial warga belajar
4.
Perubahan sosial (masyarakat)
5.
Pengembangan SDM dalam organisasi kerja ( efektivitas
organisasi )
DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto,2007.
Pendidikan orang dewasa. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Arif,
Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa
Asmin,
konsep dan metode pembelajaran untuk orang dewasa ( Andragogi),, Diakses
tanggal 11 November 2006
Tamat,
Tisnowati. (1984). Dari Pedagogik ke Andragogik. Jakarta; Pustaka Dian.
http://10091fda. blogspot.
com/2011/05/apa-itu-androgogi-dan-perbedaannya. html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar